KRT.HARNO SASTRONAGORO
Jumat, 08 Juli 2011
Selasa, 05 Juli 2011
KRT.HARNO SASTRONAGORO: MEMAHAMI MAKNA SPIRITUAL SADULUR PAPAT LIMO PANCER...
KRT.HARNO SASTRONAGORO: MEMAHAMI MAKNA SPIRITUAL SADULUR PAPAT LIMO PANCER...: "MEMAHAMI MAKNA SPIRITUAL “SADULUR PAPAT LIMO PANCER” Pada zaman sekarang ini pada umumnya jarang yang menyadari dan mengerti..."
Senin, 04 Juli 2011
MEMAHAMI MAKNA SPIRITUAL SADULUR PAPAT LIMO PANCER
MEMAHAMI MAKNA SPIRITUAL
“SADULUR PAPAT LIMO PANCER”
Pada zaman sekarang ini pada umumnya jarang yang menyadari dan mengerti, bahwa manusia itu di samping mempunyai kekuatan tenaga: Raga dan Cipta, atau tenaga jasmani dan pikiran yang di pergunakan untuk keperluan hidup sehari-hari, sebenarnya masih mempunyai kekuatan tenaga lainnya lagi yang lebih besar, dan bahkan menjadi pusat sumber semua tenaga manusia, tetapi tertutup oleh tabir gaib sehingga tenaga/kekuatan gaib, yang juga bisa di sebut: TENAGA DALAM. Oleh karena itu pada umum nya jarang yang dapat mempergunakan tenaga gaibnya tersebut. Dengan demikian juga bagi mereka yang mengerti tentang adanya kekuatan Rohani yang lebih besar tersebutr, tetapi tidak mau mementingkan dan/atau menemukan sarana serta cara untuk membangkitkan.
Lain halnya dengan kehidupan para leluhur kita pada zaman dahulu,kecuali menggunakan kekuatan tenaga kelahiran,pada umumnya mereka bahkan lebih mementingkan usaha supaya dapat memperoleh dan menggunakan tenaga Rohani, sehingga terhadap bermacam-macam cara dan usaha supaya dapat menggalinya. Diantaranya dengan melaksanakan berbagai LAKU yang dalam istilah bahasa jawa disebut: Prihatin-Tirakat-bertapa, dan mengadakan “SASAJI” yang peralatannya disebut “SAJEN”
Karena cara dan usaha tersebut menjadi kebiasaan umum dilakukan dalam masyarakat, baik oleh golongan tua maupun muda, terutama cara dan usaha yang bersifat ringan yaitu mengadakan: “Sesaji atau Sajen” maka dari itu cara tersebut kemudian menjadi naluri yang diwariskan kepada kita sekarang. Tetapi karena terdesak oleh perkembangan keadaan dalam zaman modern, naluri mengadakan Sajen itu sekarang juga jarang yang melaksanakan: bahkan pada umumnya sudah banyak yang tidak mengerti, terutama bagi para pemudanya: Sehingga naluri tersebut hampir menjadi tersisir dari sejarah kebudayaan kita yang ASLI.
Adapun naluri mengadakan sesaji itu dimaksudkan untuk usaha mendisiplinkan diri sendiri supaya ingat, bahwa orang/manusia itu mempunyai unsur-unsur rohani yang disebut: “SADULUR PAPAT LIMO PANCER” untuk mengenal, untuk mendekati dan untuk mendekatkan saudaranya yang bersifat gaib/halus itu. Supaya mendapat bantuan dan pengayoman dalam melakukan keperluan hidupnya sehari-hari. Dan jangan sampai menggodanya.
Menurut naluri yang bisa dilaksanakan dalam masyarakat pada zaman dulu, misalnya di daerah jawa tengah, sesaji atau sesajen itu diwujudkan barang, terdiri dari tiga macam yang lazimnya dalam istilah bahasa jawa di sebut: “ INTHUK-INTHUK” yaitu:
1. Nasi berbentuk kerucut (tumpeng) kecil ; 5 buah,yang satu lebih besar dari: 4 lainnya, berwarna putih (nasi putih polos) di taruh di lepek (cawan) berada di tengah. Dimaksudkan sebagai lambang Jiwa/sukma yang yang disebut: “PANCER”. Empat kerucut lainnya dibuat lebih kecil, yang 3 di beri warna masing-masing: Hitam-Merah-Kuning, dan yang satu tetap berwarna putih seperti kerucut di tengah. Masing-masing di letakkan di sekitar kerucut yang berada di tengah lebih besar tersebut. Empat kerucut kecil ini menjadi lambang: 4 unsur Roh dari Anasir: Tanah-Api-Udara-Air, yang dijadikan nama pasaran: Wage-Paing-Legi-Pon, atau kalau dalam istilah nafsu disebut: Lauamah-Amarah-Mutmainah-Sufiah, yang warnanya: Hitam-Merah-Putih dan Kuning.
2. Bunga rampai (bunga setaman ) terdiri dari : 5 macam bunga yang bagi orang jawa dianggap mempunyai daya gaib, sebagai sarana untuk mengadakan hubungan dengan Roh, yaitu : bunga mawar merah – melati putih – kenanga hijau/hitam – kanthil kuning – kanthil putih: ialah yang menjadikan lambang penghubung untuk : 5 saudara tersebut. Bunga itu ditaruh dipinggan/mangkuk dengan di beri air secukupnya.
Tiga macam ajen itu dibuat pada tiap-tiap hari weton atau kelahiran seseorang yang cocok hari dan pasarannya. Dengan demikian dibuat pada tiap :35 hari yaitu yang disebut: “SELAPAN DINO” . Pada malam menjelang hari kelahiran itu 3 macam sajen tersebut bersama-sama ditaruh: Misalnya diatas meja dalam kamar tempat tidr orang yang di sajeni hari wetonnya itu,. Diusahakan supaya dalam waktu: satu malam dan satu hari pada hari kelahiran tersebut. Nyala pelita itu jangan sampai mati. Dalam waktu malam itu seyogyakan supaya orang yang di sajeni wetonnya, pada beberapa saat menheningkan cipta atau bersemedi. Untuk berdoa supaya saudara-saudaranya itu suka menjaga dan membantu agar terlaksana yang dimaksudkan ( soal-soal yang baik ) dengan selamat. Dan jangan sampai menggodanya/mengganggunya. Dalam melaksanakan naluri tersebut ada juga yang disertai “LAKU” ringan, Misalnya dalam waktu hari kelhirannya itu orangnya berpuasa selama : satu malam dan satu hari tidak makan dan tidak minum. Ada pula yang tidak tidur dalam waktu: satu malam satu hari, dengan harapan supaya usahanya ; mendekati dan mendekatkan saudara-saudaranya yang bersifat gaib/halus dapat berhasil.
Berhubung mengadakan “ SAJEN “ untuk keperluan memperingati hari weton atau hari kelahiran pada tiap-tiap “SELAPAN” atau 35 hari itu penting oleh leluhur kita pada zaman dulu, dari itu diantara mereka mewariskan; nasehat dan pesan, diantaranya tercantum dalam buku “KIDUNGAN “ dengan hiasan tembang “ DANDHANG GULO “ seperti berikut:
· Balik lamun ora den lakoni. KADANGIRO sanyo angrencono, temah ora saciptane, sasedyaniro wurung. Lawan luput pangarah –neki, sakarsaniro wigar anggagar tan pantuk, barang ing sakayuniro, marmo KAKI eling – elingen sayekti , supoyo waluyo.
ATINYA : sebaliknya kalau tidak dilakukan/dikerjakan/dilaksanakan (mengadakan SAJEN ) , saudara – saudaramu ( sadulur papat ) akan mengganggu, sehingga menyebabkan kalutnya pikiran: apa yang di kehendaki menjadi urung/batal. Tidak tercapai atau meleset yang di raih; kehendakmu menjadi buyar ( berantakan ) tidak dapat terlaksana yang kau inginkan. Oleh karena itu hendak lah ANAK CUCU semua selalu ingat betul-betul ( mengadakan SAJEN ), demi untuk keselamatan hidup.
Selasa, 21 Juni 2011
Langganan:
Postingan (Atom)